Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Fahri Hamzah, mengusulkan pembentukan badan khusus yang berfungsi sebagai off-taker rumah subsidi. Gagasan ini bertujuan untuk menurunkan harga jual rumah subsidi, dengan menciptakan sistem serupa seperti Perum Bulog yang selama ini dikenal menyerap komoditas pangan.
Dalam rincian pemikirannya, Fahri menjelaskan bahwa banyak pengembang yang saat ini menghadapi tantangan dalam menjual rumah subsidi. Dengan adanya badan yang dijuluki “Bulog Perumahan”, diharapkan proses penyerapannya lebih efektif sebelum akhirnya disalurkan kepada masyarakat. Konsep ini berupaya mengadaptasi model bisnis yang sudah ada untuk menciptakan solusi nyata dalam perumahan.
Peran “Bulog Perumahan” dalam Penyediaan Rumah Subsidi
Pembentukan badan ini bertujuan untuk mempermudah pengembang dalam menjual rumah subsidi. Ketika kondisi pasar perumahan tidak mendukung, badan ini dapat menyerap rumah-rumah yang tersedia dan memastikannya dapat mencapai konsumen yang membutuhkan. Logika di balik gagasan ini mirip dengan cara Bulog beroperasi dalam menyerap hasil pertanian dari petani.
Dari sudut pandang ekonomi, sistem ini bisa membentuk stabilitas harga di pasar rumah subsidi. Fahri menekankan bahwa “Bulog Perumahan” akan mengambil rumah dari pengembang yang memenuhi syarat, menawarkan mereka jalan keluar dari situasi sulit dalam penjualannya. Tentunya, ini juga membuka kesempatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki tempat tinggal yang lebih terjangkau, sebab rumah-rumah tersebut akan disalurkan dengan harga yang lebih kompetitif.
Strategi dan Harapan untuk Masa Depan Perumahan
Lebih jauh lagi, Fahri mengungkapkan bahwa unsur subsidi dalam rumah yang diserap oleh badan ini akan berfokus pada harga tanah ketimbang subsidi cicilan seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pendekatan yang lebih rasional ini diharapkan dapat membuat harga jual rumah subsidi menjadi lebih terjangkau dibandingkan saat ini.
“Dengan memindahkan elemen subsidi dari cicilan ke tanah, kita bisa menawarkan harga yang jauh lebih rendah,” ujarnya dengan tegas. Kesepakatan antara tim di kementerian mengindikasikan langkah positif untuk mempelajari lebih dalam usulan ini dan mencari praktik terbaik dari negara lain yang memiliki sistem serupa.
Jelas bahwa visi dari “Bulog Perumahan” membawa angin segar bagi sektor perumahan yang kritis. Dengan melakukan studi komparatif dan menggali pengalaman dari berbagai negara, diharapkan solusi ini bisa diimplementasikan dengan izin presiden dan memicu perubahan nyata bagi masyarakat yang membutuhkan. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat tercipta sinergi antara aspek kebijakan dan pelaksanaan nyata di lapangan.