Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) baru-baru ini menggelar acara Khataman Qur’an untuk memperingati Harlah PKB ke-27. Acara ini dihadiri oleh banyak penghafal Alquran, Anggota DPR RI dari Fraksi PKB, serta tenaga ahli, dan berlangsung dengan khidmat di kantor DPP PKB di Jakarta.
Acara tersebut dipimpin oleh Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB, KH. Saifullah Maksum, yang secara khusus memimpin doa khatmil Qur’an. Doa ini diijazahkan oleh Gus Endar, Pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, menambah makna spiritual dalam momen tersebut.
Khataman Qur’an: Simbol Spiritualitas Partai
Khataman Qur’an bukan hanya sekedar prosesi, tetapi juga merupakan simbol dari spiritualitas perjuangan PKB. Dalam doanya, Kiai Saifullah menyampaikan harapan agar PKB senantiasa menjadi partai yang membela kebenaran dan memberi manfaat bagi masyarakat serta bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen moral partai dalam menjalankan amanat politik demi kemaslahatan umat.
Data menunjukkan bahwa keterlibatan partai dalam kegiatan spiritual seperti ini memiliki pengaruh positif dalam memperkuat identitas keagamaan serta menumbuhkan rasa solidaritas di dalam tubuh partai. Dalam beberapa studi, terlihat bahwa partai yang aktif menjalankan kegiatan keagamaan cenderung memiliki dukungan yang lebih kuat dari masyarakat. Ini dapat diartikan bahwa masyarakat merasa lebih terhubung dengan partai yang berbagi nilai-nilai yang sama.
Menjaga Komitmen dan Moralitas dalam Politik
Memasuki usia 27 tahun, PKB berkomitmen untuk tetap istiqamah di jalur politik yang benar dan memberikan kontribusi positif bagi rakyat. Kegiatan seperti Khataman Qur’an ini menjadi bukti nyata bahwa partai tidak hanya fokus pada aspek politik praktis, tetapi juga memperhatikan dimensi spiritual dan moral.
Oleh karena itu, penting bagi seluruh anggota partai untuk terus memperkuat ikatan ini melalui kegiatan serupa. Dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam langkah politik, PKB berupaya untuk menarik minat dan dukungan dari masyarakat luas. Jika semua pihak dapat berkomitmen untuk menjalankan amanat ini, maka akan terwujud harapan untuk menjadi kendaraan perjuangan yang diridhai Allah dan bermanfaat bagi seluruh rakyat.
Dengan demikian, Khataman Qur’an tidak hanya sekedar ritual, tetapi juga menjadi pengingat akan tujuan mulia yang diemban oleh setiap anggota partai. Upaya fluktuatif dalam menjalankan amanat ini menjadi tantangan tersendiri dalam dunia politik yang dinamis. Namun, dengan memperkuat spiritualitas dan moralitas, harapan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi bangsa dan umat dapat terwujud.